Seperti yang kita ketahui bahwa kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah. Kearifan lokal sendiri terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis. Kerifan lokal merupakan produk budaya masa
lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai
lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal.Tak berbeda dengan budaya di Kampung Naga, mereka mempunyai budaya dalam bercocok tanam yang masih diterapkan hingga saat ini. berikut ini adalah penjelasannya.
Tradisi
bercocok tanam Masyarakat Kampung Naga dan Baduy pada umumnya sama dengan
masyarakat petani lainnya di Jawa Barat atau bahkan sama di seluruh Indonesia.
Namun, ada beberapa hal yang mungkin ‘berbeda’ dalam tatacara maupun
kebiasaannya. Hal ini berkaitan erat dengan adat dan tradisi yang masih
dipegang pengkuh ‘kokoh’ dan kuat
oleh masyarakat Kampung Naga. Tradisi inilah mungkin yang belum tentu dapat
dilakukan oleh masyarakat lain, sehingga mungkin saja ‘padi’ yang ditanam dan
dihasilkan oleh Masyarakat Kampung Naga, berbeda baik dalam hal bentuk, rasa,
atau kuantitas dan kualitasnya. Tatacara bercocok tanam berdasarkan tradisi
yang ada di Kampung Naga dapat kita simak berikut ini.
- Tandur
- Nyibéasan Paré
- Ngarujak keur Reuneuh
- Nyawén
Masing-masing daun mempunyai simbol dan
maknanya, seperti dijelaskan berikut ini.
Pacingagar cicing ‘diam’
Sulangkarbermaknajengkar‘pergi’
Gadogartinya calik‘duduk atau diam’
seueurbermakna seueur langlangat‘banyak hasilnya’
pucuk kawung berguna sebagaicangred sima/tali
sima.
Pucuk
kawung merupakan syarat yang paling utama.
- Panén
Panen dilakukan pukul 6 pagi. Perlengkapan yang
disiapkan dan dibawa ke sawah di antaranya étém, rurujakan (rujak kalapa, rujak
cau omas), minyak keletik, tali, dupi (tangtangangin), opak, wajit. Sebelum
mulai panen, harus ngarewahkeun terlebih dahulu
Cara Menanam
1. Membuat MOL (Mikro Organisme Lokal)
Ø Bahan:
- air beras
-
cuka lahang
-
limbah dapur (buah dan sayuran busuk)
-
iwung
-
air kelapa
-
gula merah dan gula putih
2. Mengumpulkan kompos (pupuk kandang) atau Kohe
(kotoran hewan). Kohe yang
paling bagus dari kambing/domba.
3.
Mencari daun-daunan berwarna hijau
4.
Mencari daun kirinyuh
5.
gebog‘pohon
pisang’.
Ø Cara Membuat MOL
1. Semua bahan (air beras, cuka lahang, buah dan
sayuran busuk, iwung, air kelapa, gula merah dan gula putih disatukan,
dicampur dengan kompos, kemudian diaduk.
Ø Cara Membuat Campuran MOL
2.
Siapkan lubang untuk tempat proses fermentasi
3.
Gebogdicacag ‘dipotong
kecil-kecil’
4.
Masukkan gebog + kirinyuh ke dalam lubang,
dicampur MOL dan ditambah air secukupnya.
5. Tutup dengan plastik, 1 minggu sekali
dibalikkan, kemudian ditambahkan air lagi sampai 2x dalam satu musim.
catatan: -
Lamanya proses fermentasi 1 bulan.
-
Perbandingan jumlah air 1L MOL = 5 L air.
Pengolahan Tanah
1.
Babad jerami
2.
Mencangkul kasar (ngabeledug)
3.
Taburkan kaptan (kapur tani)
Fungsinya untuk menetralkan keasamaan tanah
4.
Meratakan tanah
5.
Taburkan pupuk kandang
6.
dituhurkeun
‘dikeringkan’, tapi tidak benar-benar kering, hanya lembab saja
2-3
hari.
7.
dicaplak‘ditaplak’
dengan ukuran 27 x 27 cm atau 35 x 35 cm.
Jarak nandur mempengaruhi kualitas dan
banyaknya hasil panen. ukuran yang paling bagus 35x35 cm, terbukti tidak ada
heucak ‘padi gagal’
8.
tandur’bibit
padi ditanam’. Banyaknya 2 tangkal.
9.
10 hari setelah tandur yang dilakukan yaitu:
Ø Ngocékeun taneuh
Tujuan: memberi ruang untuk akar.
Proses: sawah disaatan 1-2 hari, tapi
tidak sampai kering. disemprot dengan MOL+urine kelinci+air. Setelah disemprot
MOL digenangi air lagi.
Ø Ngarambét
ngaramétyang
pertama dilakukan setelah 1 bulan setelah ngocékeun taneuh. disaatan
lagi, kemudian disemprot MOL lagi. Setelah disemprot MOL digenangi air lagi.
Ø Mindo
Mindo yaitu
ngaramét kedua kalinya. Disaatan kembali disemprot dengan MOL. Setelah
disemprot MOL digenangi air lagi.
Jika ada penyakit atau terserang hama,
disemprot dengan korine/dangdaunan.
Bahan:
daun sirsak & gadung. Proses: daun sirsak
dan gadung dibebek, disaring, disemprotkan pada padi. Selain dengan
daun, bisa juga dengan lebu ‘abu’
10.
Setelah 2,5 bulan atau sebelum keureuneuh,
diramét kembali dan disemprot MOL lagi, tapi kali ini tidak digenangi air lagi.
11.
Menunggu dibuat ‘panen’ selama ± 3bulan.
12.
Panen
Jadi walaupun di zaman yang modern ini, serta terdapat berbagai teknologi dalam bidang pertanian namun kita juga perlu terus melestarikan budaya yang kita miliki dan telah dilaksanakan sejak zaman dahulu.
Sumber : Dr. Elis Suryani NS, MS. (2013) KETERJALINAN
TRADISI PANGAN DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL NASKAH SUNDA KUNO. https://www.google.com/Nani_Sumarlina-KETERJALINAN_TRADISI_PANGAN_DAN_KEWIRAUSAHAAN_BERBASIS_KEARIFAN_LOKAL_NASKAH_SUNDA_KUNO-58.docx%3Fpage%3DdownloadPaper%26filename%. 14 Oktober 2014. 14:22
tradisional yang masih sangat melekat.. unik..tapi lebih bagus menggunakan teknologi modern skrg sih..supaya Perkerjaannya cepat.
BalasHapuswaktu membuat MOL itu ada mencari daun kirinyuh, itu daun apaan?
BalasHapus