Kerja Keras -> Sukses

Kerja Keras -> Sukses

Selasa, 14 Oktober 2014

KEARIFAN LOKAL KAMPUNG NAGA

            Seperti yang kita ketahui bahwa kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal sendiri terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis. Kerifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal.Tak berbeda dengan budaya di Kampung Naga, mereka mempunyai budaya dalam bercocok tanam yang masih diterapkan hingga saat ini. berikut ini adalah penjelasannya. 
Tradisi bercocok tanam Masyarakat Kampung Naga dan Baduy pada umumnya sama dengan masyarakat petani lainnya di Jawa Barat atau bahkan sama di seluruh Indonesia. Namun, ada beberapa hal yang mungkin ‘berbeda’ dalam tatacara maupun kebiasaannya. Hal ini berkaitan erat dengan adat dan tradisi yang masih dipegang pengkuh ‘kokoh’ dan kuat oleh masyarakat Kampung Naga. Tradisi inilah mungkin yang belum tentu dapat dilakukan oleh masyarakat lain, sehingga mungkin saja ‘padi’ yang ditanam dan dihasilkan oleh Masyarakat Kampung Naga, berbeda baik dalam hal bentuk, rasa, atau kuantitas dan kualitasnya. Tatacara bercocok tanam berdasarkan tradisi yang ada di Kampung Naga dapat kita simak berikut ini.


  •      Tandur
Pada saat tandur, ada beberapa perlengkapan yang dibawa ke sawah. Perlengkapannya yaitu hanjuang, pucuk jambé, rujak kalapa, minyak keletik, ali meneng yang dipakai di jari telunjuk.
  •        Nyibéasan  Paré
Nyibéasan paré dilakukan setelah tandur.Perlengkapannya antara lain, duwegan; rurujakan seperti rujak kalapa, rujak cau.Perlengkapan tersebut disimpan di sawah.Ada juga rurujakan yang disimpan di rumah,selain itu ada juga tumpeng yang kemudian dibagikan kepada tetangga.
  •        Ngarujak keur Reuneuh
Dilakukan saat padi berumur 3 atau 4 bulan.Perlengkapannya rujak asem.Pada zaman dulu, selain membawa rujak asem, suka membawa kecapi, kemudian di sawah ngawih sambil dipirig kacapi.
  •                   Nyawén
Dilakukan pada saat panen, yang punya sawah membuat sawén, kemudian sawén disimpan di setiap juru sawah, dan di tengah sawah.Sawén terdiri atas macam-macam daun, yaitu pacing, sulangkar, gadog, seueur dan pucuk kawung.
Masing-masing daun mempunyai simbol dan maknanya, seperti dijelaskan berikut ini.
Pacingagar cicing ‘diam’
Sulangkarbermaknajengkar‘pergi’
Gadogartinya calik‘duduk atau diam’
seueurbermakna seueur langlangat‘banyak hasilnya’
pucuk kawung berguna sebagaicangred sima/tali sima.
Pucuk kawung merupakan syarat yang paling utama.
  •          Panén
Panen dilakukan pukul 6 pagi. Perlengkapan yang disiapkan dan dibawa ke sawah di antaranya étém, rurujakan (rujak kalapa, rujak cau omas), minyak keletik, tali, dupi (tangtangangin), opak, wajit. Sebelum mulai panen, harus ngarewahkeun terlebih dahulu
Cara Menanam
1.      Membuat MOL (Mikro Organisme Lokal)
Ø  Bahan: -    air beras
-         cuka lahang
-         limbah dapur (buah dan sayuran busuk)
-         iwung
-         air kelapa
-         gula merah dan gula putih
2.        Mengumpulkan kompos (pupuk kandang) atau Kohe (kotoran hewan). Kohe yang paling       bagus dari kambing/domba.
3.      Mencari daun-daunan berwarna hijau
4.      Mencari daun kirinyuh
5.      gebog‘pohon pisang’.
Ø  Cara Membuat MOL
1.     Semua bahan (air beras, cuka lahang, buah dan sayuran busuk, iwung, air kelapa, gula      merah dan gula putih disatukan, dicampur dengan kompos, kemudian diaduk.
Ø  Cara Membuat Campuran MOL
2.      Siapkan lubang untuk tempat proses fermentasi
3.      Gebogdicacag ‘dipotong kecil-kecil’
4.      Masukkan gebog + kirinyuh ke dalam lubang, dicampur MOL dan ditambah air secukupnya.
5.     Tutup dengan plastik, 1 minggu sekali dibalikkan, kemudian ditambahkan air lagi sampai 2x  dalam satu musim.
catatan: -  Lamanya proses fermentasi 1 bulan.
-  Perbandingan jumlah air 1L MOL = 5 L air.

Pengolahan Tanah
1.      Babad jerami
2.      Mencangkul kasar (ngabeledug)
3.      Taburkan kaptan (kapur tani)
Fungsinya untuk menetralkan keasamaan tanah
4.      Meratakan tanah
5.      Taburkan pupuk kandang
6.      dituhurkeun ‘dikeringkan’, tapi tidak benar-benar kering, hanya lembab saja
 2-3 hari.
7.      dicaplak‘ditaplak’ dengan ukuran 27 x 27 cm atau 35 x 35 cm.
Jarak nandur mempengaruhi kualitas dan banyaknya hasil panen. ukuran yang paling bagus 35x35 cm, terbukti tidak ada heucak ‘padi gagal’
8.      tandur’bibit padi ditanam’. Banyaknya 2 tangkal.
9.      10 hari setelah tandur yang dilakukan yaitu:
Ø    Ngocékeun taneuh
Tujuan: memberi ruang untuk akar.
Proses: sawah disaatan 1-2 hari, tapi tidak sampai kering. disemprot dengan MOL+urine kelinci+air. Setelah disemprot MOL digenangi air lagi.
Ø    Ngarambét
ngaramétyang pertama dilakukan setelah 1 bulan setelah ngocékeun taneuh. disaatan lagi, kemudian disemprot MOL lagi. Setelah disemprot MOL digenangi air lagi.
Ø    Mindo
Mindo yaitu ngaramét kedua kalinya. Disaatan kembali disemprot dengan MOL. Setelah disemprot MOL digenangi air lagi.
Jika ada penyakit atau terserang hama, disemprot dengan korine/dangdaunan.
Bahan: daun sirsak & gadung. Proses: daun sirsak dan gadung dibebek, disaring, disemprotkan pada padi. Selain dengan daun, bisa juga dengan lebu ‘abu’
10.      Setelah 2,5 bulan atau sebelum keureuneuh, diramét kembali dan disemprot MOL lagi, tapi kali ini tidak digenangi air lagi.
11.      Menunggu dibuat ‘panen’ selama ± 3bulan.
12.      Panen

            Jadi walaupun di zaman yang modern ini, serta terdapat berbagai teknologi dalam bidang pertanian namun kita juga perlu terus melestarikan budaya yang kita miliki dan telah dilaksanakan sejak zaman dahulu.



Sumber : Dr. Elis Suryani NS, MS. (2013) KETERJALINAN TRADISI PANGAN DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL NASKAH SUNDA KUNO. https://www.google.com/Nani_Sumarlina-KETERJALINAN_TRADISI_PANGAN_DAN_KEWIRAUSAHAAN_BERBASIS_KEARIFAN_LOKAL_NASKAH_SUNDA_KUNO-58.docx%3Fpage%3DdownloadPaper%26filename%. 14 Oktober 2014. 14:22

2 komentar:

  1. tradisional yang masih sangat melekat.. unik..tapi lebih bagus menggunakan teknologi modern skrg sih..supaya Perkerjaannya cepat.

    BalasHapus
  2. waktu membuat MOL itu ada mencari daun kirinyuh, itu daun apaan?

    BalasHapus